Selasa, 23 Juni 2009

Kapasitas

Beberapa hari yang lalu saya melihat satu peristiwa yang mungkin saya pernah alami sendiri namun kali ini saya tertawa melihatnya. Ceritanya begini. Ada enam orang mau naik kendaraan umum, taksi lebih tepatnya. Mungkin perjalanan mereka jauh. Banyak taksi yang menolak untuk membawa mereka. Itu pasti, karena melewati jumlah kapasitas.
Namun akhirnya ada juga taksi yang mau membawa mereka. Mereka masuk dan mengatur diri sebaik mungkin. Didepan sudah pasti buat yang agak tua. Nah dibelakang ini yang lumayan susah. Pertama postur tubuh mereka yang besar, kedua mereka mau mendapat yang nyaman. Yah akhirnya mereka didalam saling berpangku-pangku ria dan jatah untuk pantat mereka duduk hanya sedikit. Itu karena mereka melebihi kapasitas.
Hari ini saya membahas tentang kapasitas. Dalam dunia ini semua memiliki kapasitas/batas kemampuan. Semua benda yang kita pakai, kita gunakan, itu ada batasnya. Coba kita perhatikan dengan seksama, ada tidak yang tidak mempunyai kapasitas?
Lift, kalkulator, kendaraan, rumah, kulkas, dan benda2 lainnya mempunyai kapasitas. Kalau kita gunakan benda2 melebihi kapasitas maka yang terjadi adalah kerugian. Akan terjadi kerusakan, pekerjaan jadi lambat, overload, tidak bisa membawa banyak, dan hal2 yang merugikan lainnya. Lalu pertanyaannya, bagaimana dengan manusia (dalam hal ini: hati dan pikiran)? Ternyata manusia juga ada batasnya. Hati kita punya batas. Contohnya: kalau kita sering dihina, diejek, dimarahi tanpa jelas, dilecehkan saya percaya hati kita pasti memberontak. Lalu pikiran kita juga ada batasnya. Kita tidak bisa memikirkan hukum ekonomi, fisika, biologi, kimia, seni, dan lain sebagainya dalam satu pikiran. Pikiran kita hanya terfokus pada bidang yang kita sedang dijalani/miliki.Kita tidak mampu memikirkan hal2 yang melebihi kodrat kita sebagai manusia.
Lalu bagimana jalan keluarnya? Jalannya adalah mengganti, memperluas, memperlebar, memperbanyak kapasitas kita. Benda2 yang kapasitasnya kecil kita ganti dengan yang besar atau diperbanyak untuk bisa menampung. Manusia sendiri harus mengganti hati dan pikirannya yang kecil. Caranya adalah dengan BELAJAR dan BERTANGGUNGJAWAB. Kapasitas yang ingin diperbesar membutuhkan waktu dan harga yang harus dibayar. Itu membutuhkan ketekunan. Kita belajar untuk menerima penghinaan, diskriminasi, diejek. Kita bertanggungjawab untuk kapasitas hati kita. Kita ingin memperbesar maka kesabaran juga diperlukan. Dan hal ini juga berlaku untuk pikiran kita.
Manusia yang mampu memperbesar kapasitas hati dan pikirannya adalah manusia yang unggul, yang mampu menguasai diri dan sudah pasti akan selalu rendah hati. Tapi kalau dia sombong itu hanya menunjukan bahwa hatinya kecil walaupun pikirannya besar. Mari kita memperbesar hati dan pikiran kita supaya dunia ini dipenuhi dengan manusia2 luar biasa yang bisa menguasai diri, sopan namun mempunyai pikiran yang brilian.

Pencurian baut

Anakku, ayah baru saja menonton berita. Isi beritanya tentang pencurian yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab di lokasi jembatan suramadu. Lucu sekali karena jembatan itu baru saja diresmikan beberapa minggu yang lalu. Polisi bilang pencuri tersebut melakukan aksinya di malam hari ketika tidak ada penjaga atau pengawas yang bertugas di atas jembatan.
Hmm… anakku, di jaman ini memang banyak sekali hal-hal yang rasanya itu sulit diterima oleh akal.. contohnya kasus pencurian ini. Lah jembatan ini digunakan untuk kepentingan umum eh malah perlengkapan-perlengkapan (inventory) jembatan malah diambil, nanti kalau jembatan rubuh gmana ya hehe…
Ada juga yang ambil baut di lintasan kereta api, menara-menara listrik, pemancar, atau tempat-tempat yang banyak bautnya.. ayah gak tahu apa mereka tidak berpikir keselamatan orang lain ketika mereka melepas baut-baut itu? Gmana keadaan lintasan kereta kalau bantalan relnya kendor? Gmana kekuatan pemancar kalau penopang-penopangnya mulai lunglai? Ya itulah keadaan di jaman ayah..
Saya harap masalah ini tidak terus berlanjut sampai jaman kamu ya nak…bangsa ini sudah sangat terbelakang dalam hal disiplin. Semoga dimasa mendatang akan muncul generasi-generasi yang bertanggung jawab akan keadaan diri dan sekitarnya.

Sabtu, 20 Juni 2009

Blog untuk anakku

Hari ini saya mulai berpikir untuk menulis blog bagi anak-anak saya. Walaupun saat ini posisi saya belum menikah namun saya punya angan-angan ketika saya tua nanti dan ingin bercerita kepada anak-anak, saya tidak perlu bicara banyak. Melalui blog ini saya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya pada usia muda ini kepada generasi dibawah saya.

Pasti akan banyak perbedaan di zaman ini dengan zaman dimana anak saya membaca blog ini. Akan ada perbedaan teknologi, moral, pendidikan dan lain sebagainya. Tapi melalui perbedaan itulah saya ingin mengajar anak-anak saya. Mereka akan bisa membandingkan masa dimana saya hidup maupun masa dimana mereka hidup nantinya.

Jadi mulai saat ini saya akan memulai suatu tulisan dengan ucapan “anakku”. Dengan adanya tujuan dalam menulis blog ini saya berharap anakku ini nantinya akan banyak belajar tentang pengalaman hidup dan bahkan nantinya bisa meneruskan cerita ini kepada cucu dan cicit saya.

Anakku saya harap kamu bisa belajar dari tulisan ayahmu ini. Ayah bermimpi digenerasi dibawah ayah akan muncul keturunan-keturunan yang luar biasa yang akan menjadi berkat dan membawa dampak bagi banyak orang..

Kiranya Tuhan Allah yang ayah sembah yaitu Yesus Kristus Sang Juruselamat mengaruniakan kepada ayah keturunan-keturunan yang luar biasa.. AMIN…