Jumat, 15 Februari 2008

Karya yang baik

Di sore hari yang sejuk, Andi duduk di ruang keluarga sambil mengerjakan tugas menggambarnya. Dia terlihat senang dengan tugasnya. itu dikarenakan dia menyukai pelajaran menggambar. Andi baru kelas 1 sd. Andi tidak sendiri. Papanya menemani dia mengerjakan tugas tersebut. Sesekali Andi bertanya tentang karyanya kepada papanya. Dia bersemangat, karena dia ingin membuktikan kepada papanya bahwa dia pandai menggambar.
“Pa, lihat gambarku, bagus tidak?”
“Bagus sekali Andi” sahut papanya, “tapi an, pensil warnamu lebih baik diraut dulu. Papa lihat warnanya sudah mulai buram. Nanti kalau diraut warnanya pasti tambah bagus.”
“Tidak usah pa, ini masih bisa dipakai kok” jawab Andi.
Namun, tidak lama kemudian, ”Kok jadi jelek ya Pa warnanya”. Andi mulai bingung.
Papanya tersenyum “Iya, itu karena kamu tidak meraut lagi pensil warnanya. Coba kamu raut lagi pasti hasilnya jadi berbeda”. Kemudian Andi meraut pensil warnanya.
“Iya Pa, jadi bagus hasilnya.” Seru Andi dengan riang.

Cerita diatas menggambarkan realita hidup yang sedang kita jalani. Terkadang dalam hidup ini kita selalu ingin menghasilkan karya yang indah, yang baik dan bisa dihargai oleh orang banyak. Namun kita lupa bahwa kemampuan kita itu terbatas. Sebanyak apapun karya yang dihasilkan bila hasilnya selalu sama maka karya itu akan menjadi hambar. Untuk menghasilkan karya yang luar biasa kita harus terus belajar. Kita harus mengasah diri kita supaya bertambah runcing dan tajam.
Karya Andi memang bagus tapi pensil warna yang dia gunakan terbatas. Untuk mendapatkan warna yang bagus pensil warnanya harus diasah/diraut terlebih dahulu supaya menghasilkan warna yang baik.
Karya yang kita buat memang baik tapi kemampuan kita terbatas. Untuk mendapatkan kemampuan yang lebih baik kita harus diasah terlebih dahulu. Kita harus diasah dahulu. Mungkin di dalam sekolah, keluarga, atau masyarakat. Bagaimana caranya?
Bisa melalui masalah-masalah, kelompok-kelompok diskusi, seminar, workshop, retreat dan sebagainya. Jangan takut untuk mengasah diri karena dengan mengasah diri kita akan menghasilkan karya yang baik dan dipandang indah oleh orang lain.

Kamis, 14 Februari 2008

Siapa meminta dia mendapatkan

"Winners are never embrassed to seek others help; losers have second thought seeking help. Para pemenang tidak malu untuk meminta pertolongan orang lain, orang-orang yang kalah malu meminta pertolongan".

Pilihan diatas merupakan sebuah ungkapan yang baru saja saya baca dari sebuah renungan. Melihat keadaan sekarang ini sering kita memilih opsi yang kedua, dimana kita lebih ingin menonjolkan kualitas, kemampuan dan keyakinan diri sendiri. Karena dengan melakukan hal demikian kita akan dipandang hebat (mendapat pengakuan) dari orang-orang disekeliling kita. opsi yang pertama biasanya dipilih oleh orang setelah mereka melakukan opsi yang kedua.

Ada sebuah cerita dimana orang ini memilih opsi kedua terlebih dahulu. Dimas dan Erik adalah pembalap nasional. mereka sering mengikuti berbagai macam kejuaraan balap yang diselenggarakan namun dalam skala nasional. Suatu saat pemerintah memutuskan untuk mengirim salah satu dari mereka untuk mengikuti seri balap dunia. untuk menentukan siapa yang layak untuk mengikuti seri tersebut maka diadakanlah kejuaraan yang hanya diikuti oleh mereka berdua di sirkuit yang berbeda dengan jenis kendaraan yang berbeda pula.

Dimas dan Erik senang dan mereka siap untuk berkompetisi. namun pemerintah hanya memberikan waktu latihan selama 2 hari dan itu harus dimanfaatkan dengan baik.
Dalam masa-masa latihan, Dimas tidak ingin diganggu oleh orang lain karena dia ingin mencoba sendiri kendaraan barunya dan sirkuit yang belum pernah dicoba olehnya. Menurut Dimas dia sudah cukup mahir mengenai mesin karena dia sendiri adalah seorang pembalap. sedangkan Erik dalam masa-masa latihan sering bertanya kepada mekanik yang mengerti benar tentang struktur mesin mobil tersebut dan kepada seorang teman yang pernah menjajal sirkuit tersebut dengan menggunakan mobil yang sama.

Saat yang dinanti pun tiba. Dimas dan Erik berkompetisi di sirkuit yang sama dengan mobil yang sama. namun yang menjadi pemenang hanyalah satu diantara mereka. Pada saat start dimulai Dimas memegang kendali. Dia memimpin didepan Erik. namun itu hanya sementara waktu saja. Pada saat tikungan tajam Erik dengan mantap mengambil posisi Dimas. Erik tahu betul bagaimana mengatasi tikungan tersebut. Dia tahu kelemahan dan kelebihan mobil tersebut. dia sudah belajar dari mekanik dan temannya yang pernah merasakan jenis mobil itu. dia sudah diajar bagaimana mengatasi setiap tikungan dengan menggunakan mobil tersebut. inilah kunci kemenangan erik. Dimas akhirnya terpaut jauh dibelakang Erik dan erik menjadi satu-satunya wakil negara yang diutus untuk mengikuti kejuaraan balap dunia yang bergengsi. dia tidak malu untuk bertanya kepada mekanik. dia tidak ragu-ragu untuk bertukar pikiran dengan pembalap lain yang pernah merasakan mobil dan sirkuit yang sama. Erik menjadi seorang pemenang dan namanya tercatat manis dalam sejarah. sedangkan Dimas belajar bahwa dia tidak perlu malu untuk bertanya tentang sesuatu yang baru bagi dirinya.

Meminta pertolongan bukan berarti kita lemah. Meminta pertolongan bukan berarti menjadikan kita bahan ejekan. dengan meminta pertolongan kita bisa membagikan sedikit beban kita. dengan meminta pertolongan berarti kita membuka jalan bagi orang lain untuk mengulurkan tangannya untuk menolong.